Jumat, 28 Agustus 2015

JURNAL BELAJAR "TEORI BELAJAR BRUNER DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA"



Jurnal Belajar
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengasuh
Dr. La Maronta Galib, M.Pd

A.    Identitas Jurnal
Nama                               : Kurniyanti Samsi
Stambuk                          : A1C3 13 091
Program Studi/Kelas     : Pendidikan Fisika/(A)
Hari, tanggal                   : Rabu, 26 Maret 2014
Pertemuan                      : Ke-2
Tim Penyaji                     : Kelompok III
Konsep                            : “Teori Belajar Bruner dan Penerapannya dalam
Pembelajaran Fisika ”

B.    Isi Jurnal
1.      Konsep yang dipelajari
Pada pertemuan kedua ini proses perkuliahan berjalan dengan presentasi PowerPoint dari kelompok III, dengan topik yang di bawakan tentang “Teori Belajar Bruner dan Penerapannya dalam Pembelajaran Fisika”, dan konsep-konsep pembelajarannya antara lain:
a.       Proses Belajar Mengajar Menurut Teori Brunner
Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain:
1.       Perkembangan intelektual anak
Menurut penelitian  J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi empat tahap.
a)     Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas.
b)     Fase operasi kongkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu “internalized”, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau kongkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya.
c)      Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya.

b.      Penerapan Teori Brunner Dalam Pembelajaran Fisika
Adapun penerapan teori brunner dalam pembelajaran fisika yaitu :
1.       Pembelajaran penemuan terbimbing
Menurut J.Brunner pembelajaran penemuan terbimbing adalah bentuk pembelajaran yang di kembangkan beradasarkan  pandangan kognitif tentang pembelajaran tentang prinsip-prinsip konstruktif. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah, dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan memberi tahu tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar siswa menemukan sendiri. Pembelajaran ini membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan jawabannya. Siswa belajar memecahkan secara mandiri dengan ketrampilan berpikir sebab mereka harus menganalisis dan memanipulasi informasi. Pembelajaran menurut Bruner adalah siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru berfungsi sebagai motivator bagi siswa dalam mendapatkan pengalaman yang memungkinkan mereka menemukan dan memecahkan masalah.
Kelebihan dari teori pembelajarn penemuan terbimbing
a)      Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
b)     Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
c)      Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
d)     Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
e)      Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
f)       Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.

Kelemahan dari teori pembelajaran penemuan terbimbing yaitu :
a)      Belajar penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi.
b)     Teori belajar seperti ini memakan waktu yang cukup lama

Adapun tahap-tahap Penerapan Belajar Penemuan Terbimbing, yaitu :
a)      Stimulus ( pemberian perangsang/simuli); kegiatan belajar di mulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah;
b)     Problem Statement (mengidentifikasi masalah); memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah tersebut);
c)      Data collecton ( pengumpulan data); memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut;
d)     Data Prosessing (pengolahan data); yakni mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dll. Kemudian data tersebut ditafsirkan;
e)      Verifikasi, mengadakan pemerksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing;
f)       Generalisasi, mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verivikasi.

2.       Aplikasi penerapan teori brunner dalam pembelajaran fisika dalam bentuk lain yaitu :
a)      Sajikan contoh yang anda ajarkan. Misal : untuk contoh mau mengajarkan bentuk vektor,
b)     Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. Misalnya berikan pertanyaan kepada sibelajar seperti berikut ini ” gambarkan vector dua di mensi dan vector tiga di mensi.
c)      Berikan satu pertanyaan dan biarkan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri
d)     Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.

3.       Pendekatan Induktif
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif untuk mengenalkan teorema pada siswa dilakukan dengan pemberian contoh-contoh yang mengarahan pada suatu formula (rumus) yang dikehendaki.Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan induktif memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif menemukan rumus (formula) dengan observasi, eksperimen, dan berfikir kesalahan konsep pada diri siswa akan lebih awal dapat diketahui dan diatasi. Bagi siswa yang tingkat rendah menggunakan pendekatan induktif sangat sesui. Kelemahan pendekatan induktif menggunakan waktu yang cukup lama, bagi siswa yang pandai pendekatan ini mengakibatkan membosankan.

4.       Alat-Alat Belajar
Jerome Bruner membagi alat instruksional dalam 4 macam menurut fungsinya.
1)     Alat untuk menyampaikan pengalaman “vicarious”. Yaitu menyajikan bahan-bahan kepada murid-murid yang sedianya tidak dapat mereka peroleh dengan pengalaman langsung yang lazim di sekolah. Ini dapat dilakukan melalui film, TV, rekaman suara dll.
2)     Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau prinsip suatu gejala, misalnya model molekul atau alat pernafasan, tetapi juga eksperimen atau demonstrasi, juga program yang memberikan langkah-langkah untuk memahami suatu prinsip atau struktur pokok.
3)     Alat dramatisasi, yakni yang mendramatisasikan sejarah suatu peristiwa atau tokoh, film tentang alam yang memperlihatkan perjuangan untuk hidup, untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.
4)     Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprograma, yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi ballikan atau feedback tentang responds murid.

2.      Hasil berupa informasi yang dipelajari
Setelah mengikuti diskusi ini saya memahami bahwa dalam teori Bruner, setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner yaitu dalam pembelajaran penemuan terbimbing dimana siswa belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dalam memecahkan masalah dan guru mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri, bukan memberi tahu tetapi memberikan kesempatan atau dengan berdialog agar siswa menemukan sendiri. Sehingga membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk bekerja sampai menemukan jawabannya

3.      Yang perlu dipelajari lebih lanjut
Yang perlu dipelajari lebih lanjut adalah mengaplikasikan teori Bruner dalam kehidupan sehari-hari secara langsung, bukan secara teori.

4.      Pertanyaan yang diajukan beserta jawaban dari kelompok III
a.       Elsa Fitri
Dalam teori brunner terdapat 4 tipe pembelajarn formal, sebutkan 4 tipe tersebut dan bagaimana aplikasinya dalam masyarakat.
Jawaban:
1)      Pra sekolah
2)      Masuk sekolah dasar
3)      Masuk sekolah menengah pertama dan
4)      Masuk sekolah menengah atas ( Suritno Fayanto)
Sedangkan pengaplikasiannya juga mulai dari masa pra sekolah sampai di perguruan tinggi
                         
b.      Sadar Dune
Pada teori Brunner adakah sangkutpaut antara teori induktif-deduktif ? jika ada, maka seperti apa ?
Jawaban:

c.       Erman Suwardi
Seperti apa Tujuan dan latar belakang yang ingin di capai oleh brunner sehingga menciptakan teori brunner ini?
Jawaban:
Tujuan yaitu Agar setiap mata pelajaran dapat menjelaskan secara jujur dan intektual dalam perkembangannya. Sedangkan untuk latar belakangnya yaitu karena sikap dan kebudayaan setiap siswa.

C.     Penilaian Terhadap Tim Penyaji
Penilaian terhadap tim penyanji dapat dilihat dalam tabel.
No
Posisi
Penampilan
Penguasaan Konsep
Sikap
1
Penyaji
Baik
Baik
Baik
2
Penjawab pertanyaan
Baik
Baik
Baik

Dari nilai 1-100, kelompok III mendapat nilai 90.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar